Monday, December 16, 2002



Years of my life � First episode: Life is about making choices


warning : this post is long and containing �curhat� material that might be boring for some people. skip this one if you�re in a hurry

[ini posting ulang yang ilang kemaren.red]






Sampai hari ini ada lima tahun yang gue anggap sebagai tahun yang paling berpengaruh dalam kehidupan gue: 1977, 1996, 1997, 1999 dan 2002.

Tahun 1977 adalah tahun kelahiran gue. It was the start of my life � jadi jelas penting lah!

1996, gue lulus SMA, mulai kuliah dan mulai hidup jauh dari ortu. Di tahun ini gue pertama kalinya �terpaksa� membuat suatu keputusan yang bakal mempengaruhi hidup gue ke depannya: mau kuliah di mana? Saat gue lulus SMA, satu-satunya hal yang gue yakin adalah gue mau kuliah di BANDUNG. Harus itu! Gue ngedaftar ke beberapa perguruan tinggi via UMPTN (ITB & Unpad), Unpar, STT Telkom ama Enhaii. Alhamdulillah, keterima semua (Matematika - Unpad, Hubungan Internasional - Unpar, Manajemen Industri - Telkom ama Manajemen Perhotelan - Enhaii). Tapi ya jadi bingung � ambil yang mana ya? Setelah bersemedi, mikir-mikir rada lama, gue teteup aja stuck dengan dua pilihan: unpad ato unpar? Konsultasi kiri-kanan minta saran, jawabannya akhirnya tetep sama: it�s your choice! Yeeeeey, thanks for helping la yaw *sebel*. Akhirnya tokh gue ngambil HI-Unpar dengan pertimbangan kampusnya lebih dekat dari rumah, hehehe...I don�t regret it, eventho sometimes I still wondering if my life would be better if made another choice�

Tahun 1997 awal, bisa dibilang hidup gue udah mulai stabil. I have a good life, good friends, good education�IP gue bisa 3,1 tanpa harus belajar keras, gue punya kegiatan di Kakak Asuh � Fisip Unpar, gue punya temen-temen cewe yang bisa diajak �sinting�, walo gak punya pacar gue punya seabrek temen cowo yang lucu-lucu dan lusinan kecengan yang cakep-cakep (he!), dll etc. Tapi menjelang pertengahan tahun, batin gue mulai terusik sedikit. UMPTN bakal diadain lagi � artinya kesempatan lagi buat gue nyobain masuk ITB. Kenapa sih harus ITB? Sebenernya waktu itu gue udah gak terlalu napsu untuk nyoba lagi, tapi gue masi penasaran karena temen SMA gue yang rasa-rasanya gak lebih pinter dari gue, bisa masup. Ya udah, gue ikut UMPTN lagi � dan kali ini bener-bener tanpa beban. Pilihan pertama gue sama seperti tahun sebelumnya � teknik lingkungan. Pilihan kedua, gue sempet merenung rada lama di tempat pendaftaran. Ada tiga jurusan yang jadi pilihan gue waktu itu: Geologi, Material & Kelautan. Setelah ngitung kancing (serius) � akhirnya teknik kelautan gue masukin di pilihan kedua. Dan jreeenng, diterimalah gue walo lagi-lagi dapetnya pilihan kedua�(moral of this story : do not make a choice by counting buttons).

Masalah baru muncul di akhir tahun 1997 (dan awal 1998 deh). Hidup gue yang tadinya aman, tenteram dan damai sentosa mulai tergoncang sedikit �gempa�. Kuliah nge-dobel, ternyata enggak sesimpel yang gue bayangin. Kuliah gue di HI berantakan karena jadwalnya sering bentrok, jam main gue ama teman2 di fisip berkurang drastis, sementara di ITB kuliah gue terseok-seok dengan IP nasakom di semester pertama ditambah ospek alias kaderisasi yang berjalan sepanjang tahun pertama cukup menyiksa juga�I can�t take it any longer. Akhirnya lagi-lagi gue dihadapkan dengan dua pilihan: nerusin kuliah di unpar atau itb?? Darn, it was a though choice. Gue ampe nangis-nangis sendiri waktu itu. Selama lebih kurang seminggu gue kacau berat. Di HI gue bisa kuliah dengan tenang dan hidup gue bakal berjalan lurus-lurus aja � sementara di KL gue harus kuliah dengan �perjuangan�. Yep, I�m talking about IPk here�dan masa kuliah juga sih. Gue yakin, di HI gue bisa lulus tepat waktu � sementara di ITB TPB-nya aja gue udah bermasalah. Tapi entah kenapa, akhirnya gue justru memilih untuk ngelepas unpar (setelah sempat cuti satu semester). Banyak sih pertimbangannya, tapi gak mungkin gue ceritain di sini � puanjaaaaaaaang sekali ceritanyah�

Gue sempet sedikit menyesali keputusan gue ini untuk beberapa waktu. Hal paling berat yang gue hadapi adalah masalah akademis. Dari SD ampe kuliah (di unpar), gue bisa dibilang enggak pernah punya masalah ama yang namanya pelajaran. Gue selama itu hampir enggak pernah belajar, tapi nasib gue baik-baik aja tuh. Dengan leha-leha gue bisa bertahan di 10 besar. Di unpar juga sama, gak pake blajar IP gue sehat wal afiat. Nilai D atau E itu gak pernah ada di kamus gue, dan dapet C itu udah kayak nightmare. Sementara sejak masuk KL (that stands for �teknik kelautan�), nilai C bergelimpangan sementara D atau E hampir selalu ada tiap semester. Gimana gue enggak mau sinting? Untungnya gue punya teman-teman dan kegiatan untuk �pelarian� sementara. Dan di tahun-tahun akhir kuliah gue akhirnya bisa survive juga (thank you God!) � gak bisa dipungkiri, selain dukungan dan omelan bokap-nyokap, pertemuan gue dengan cowo yang satu ini bikin gue lebih terpacu untuk menyelesaikan kuliah gue dengan lebih baik.





No comments: